Sunday, October 23, 2011

Untuk Keagungan Cinta Aku Bernyanyi

Dari diaspora ke diaspora
kehidupan mendorong kami dengan layarnya yang koyak
tanah bersiap untuk mendekap jalan-jalan pemakaman
tangisan getir membumbung ke angkasa
dengan sayap-sayap yang diwarnai darah dan garam
senandung-senandung yang menyesakkan untuk Tuhan

Aku melintas di atas jalan mimpi yang telah menjadi bayangku
membawa obor puisi yang abadi
dan setiap kali aku mengelak dari kesedihan
justru aku tenggelam dalam kesedihan yang lebih menyakitkan
sementara kabut-kabut kenangan
menyebar di atas giri-giri sukma
yang dalam nafasnya menyimpan desisan air,
dongengan badam dan zaitun,
bisikan kerikil-kerikil,
dan ciapan tetesan embun

Kekasihku,
dalam gelapnya kesakitan yang akut
mentari tak henti-hentinya memanggilku
aku hidupkan segala mimpi yang telah mati pada jiwaku yang telanjang
dengan pesona kata yang meneguk rakus
dan rintik cahaya yang jatuh dari jemari Tuhan

duhai kuil rasa sakit yang memancarkan sajak
dibelakangku
burung-burung kemuraman yang jahat membuntutiku
berkomplot melawan mimpi-mimpiku
menelan buah kegilaanku
yang tertanam di padang gemintang
mencuri mutiara-mutiara nubuatku yang tersembunyi dalam sukma
hanya saja, ku lihat esok kan lebih baik dari kini
cahaya cerah menyemburat dari bawah abu
menyinari malamnya dengan gemintang kata-kataku
 dan ketika monster kesedihan
mencoba untuk memangsaku
para malaikat pun mulai melantunkan senandung-senandung surgawi
aku terbangkan dalam jiwa nada yang gayang
yang melenggang di atas dawai-dawai tubuh
yang tersalib dalam ingatanku

No comments:

Post a Comment